FK – Renungan tobat dan bangkit berdasarkan Yohanes 1:1-14 dengan kisah inspiratif “Merpati Putih dan Burung Elang: Dua Sayap, Satu Langit.” Disusun menyentuh hati, bernuansa puitis, dan diselingi dengan pertanyaan refleksi untuk menyentuh batin pendengar.

SAHABAT SATU KAWANAN DENGAN SATU GEMBATA

Kita merenungkan dua hal: pertobatan dan kebangkitan, sambil belajar dari dua makhluk ciptaan Allah yang indah: merpati putih dan burung elang.

Injil Yohanes 1:1-5 berkata:

“Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah…”

Kita diajak untuk menyadari bahwa sejak awal, hidup kita berasal dari Sang Firman, dari kasih Allah yang mencipta langit dan bumi, dan menciptakan kita dengan maksud ilahi. Kita bukan hasil kebetulan. Kita adalah rencana yang dirindukan surga.


I. Kisah Dua Burung: Dua Sayap, Satu Langit

Di sebuah lembah hidup seekor merpati putih—simbol kedamaian dan kelembutan. Di langit yang sama terbang pula burung elang—gagah, kuat, dan tegas. Keduanya sangat berbeda. Tapi malam itu, saat mereka bertengger di ranting yang sama, mereka menyadari bahwa Tuhan tak pernah salah mencipta.

Merpati bertanya,
“Mengapa aku hanya bisa bertelur dua butir?”
Elang bertanya,
“Mengapa aku sulit dicintai, meski aku disegani?”

Pertanyaan refleksi:

“Apakah kita juga sering merasa iri terhadap kelebihan orang lain?”
“Apakah kita lupa bahwa kita pun diciptakan dengan karunia unik yang mulia?”

Saudara, merpati dan elang akhirnya sadar:
mereka diciptakan bukan untuk saling mengalahkan, tapi untuk saling melengkapi keindahan langit.

II. Pertobatan: Mengenali Kegelapan Diri

Injil Yohanes melanjutkan:

“Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.” (Yoh 1:11)

Seperti burung yang kehilangan arah dalam kabut, kita pun kadang tersesat dalam keinginan, iri hati, dosa, dan kesombongan. Kita menolak terang karena lebih nyaman dalam gelap. Tapi Firman tak pernah padam. Ia terus menyinari. Ia menunggu kita pulang.

Pertanyaan refleksi:

“Kapan terakhir kali kita sungguh mengakui kerapuhan kita di hadapan Tuhan?”
“Adakah dalam hidup kita bagian-bagian yang masih kita sembunyikan dari terang kasih-Nya?”

III. Bangkit: Terima Identitas Baru sebagai Anak Terang

“Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah…” (Yoh 1:12)

Ini adalah puncak dari segalanya. Tobat bukan hanya tentang menghapus dosa, tapi tentang membangun ulang hidup dalam terang. Kita bukan hanya diampuni—kita diangkat menjadi anak-anak Allah. Jiwa kita dikandung oleh kasih-Nya.

Seperti merpati dan elang yang akhirnya saling menghargai di bawah langit yang sama, kita pun dipanggil untuk saling menerima, saling menyemangati, saling mengangkat.

Penutup dan Ajakan:

“Raga dikandung oleh ibu, tapi hanya kasih Allah yang bisa membangkitkan jiwa.”
Saudaraku, mari kita bertobat. Mari kita bangkit. Mari kita hidup dalam terang Firman yang sejak awal sudah bersama kita.

Tuhan tidak meminta kita menjadi elang jika kita adalah merpati.
Tuhan tidak menuntut kita menjadi orang lain.
Tuhan hanya memanggil kita untuk menjadi versi terbaik dari diri kita yang sejati—dalam terang kasih-Nya.


Pertanyaan reflektif terakhir untuk direnungkan:

  1. Apa keunikan yang telah Tuhan percayakan kepadaku? Sudahkah aku bersyukur?
  2. Siapakah ‘merpati’ dan ‘elang’ dalam hidupku yang perlu aku hargai dan doakan hari ini?
  3. Apakah aku sudah sungguh menerima terang itu dalam hidupku, atau aku masih bersembunyi dalam bayangan luka dan dosa?

Berikut adalah khotbah lengkap yang dipadukan dari renungan “Tobat dan Bangkit”, kisah “Merpati Putih dan Burung Elang”, serta monolog reflektif di akhir. Narasinya menyatu menjadi satu alur spiritual yang menyentuh hati, cocok untuk ibadat tobat atau renungan umum:


Khotbah Renungan: Tobat dan Bangkit

“Raga Dikandung Ibu, Jiwa Dikandung Kasih”

Bacaan: Yohanes 1:1-14

“Pada mulanya adalah Firman…”
“…dan Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita…”

Saudara-saudari terkasih,

Sejak kita lahir ke dunia ini, raga kita dikandung oleh ibu—dalam peluh dan doa, dalam tangis dan pengharapan. Tapi ada hal yang lebih dalam lagi: jiwa kita dikandung oleh kasih Allah, oleh Firman yang sejak semula telah ada.

Saat kita menjauh dari terang itu—saat kita berdosa—jiwa kita mulai kehilangan arah. Namun Injil Yohanes membawa kabar sukacita: “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan, dan kegelapan itu tidak menguasainya.”

Meski kita tenggelam dalam kegelapan pilihan-pilihan kita, kasih Allah tidak padam. Terang-Nya tetap menyala. Dan itu berarti: masih ada kesempatan untuk tobat. Masih ada harapan untuk bangkit.

Pertobatan: Sebuah Undangan untuk Kembali

Tuhan tidak menunggu kita sempurna. Ia menunggu kita pulang.

“Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah…” (Yoh 1:12)

Pertobatan bukan sekadar mengaku salah, tetapi menyadari bahwa kita telah menolak kasih. Dan bangkit berarti membuka kembali hati untuk terang itu, untuk menerima Yesus sebagai pusat hidup kita.

Tetap Terhubung Dengan Kami:
Laporkan Ikuti Kami Subscribe

CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.