FK – Luapan Lumpur Panas Mataloko: Fenomena dan Penanganannya
Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur, menjadi sorotan nasional sejak fenomena luapan lumpur panas bumi Mataloko muncul pada tahun 2020. Fenomena ini berasal dari proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi yang gagal, yang kemudian memicu keluarnya lumpur panas, gas, serta bau pekat belerang di kawasan tersebut.
Pada awalnya, diameter luapan lumpur cukup besar sehingga memengaruhi aktivitas warga sekitar, terutama yang berada di desa Ratogesa. Namun, seiring waktu, luapan terbesar kini telah berkurang, dengan aktivitas lumpur panas di sumur pertama yang menurun drastis. PLN pun mengambil langkah antisipatif dengan membangun tembok pengaman di area terdampak utama, yang telah membantu mengurangi kekhawatiran warga.
Peran PLN dan Harapan Warga
Selain membangun tembok pengaman, PLN juga melakukan pembebasan lahan di area perkebunan warga yang terdampak. Namun, beberapa titik luapan baru masih muncul, terutama di lahan pertanian milik warga. Sampai saat ini, tembok pembatas belum dibangun di lokasi luapan baru, sehingga warga berharap PLN terus memantau perkembangan dan mengambil tindakan yang diperlukan.
Salah satu warga, Ibu Maria dari desa Ratogesa, mengungkapkan bahwa meskipun sebagian besar lahan telah dibebaskan, masih ada area yang belum tersentuh, terutama yang terkena dampak langsung. “Sebagian sudah dibebaskan PLN, tapi ada lahan yang masih dikelola oleh warga dan belum mendapatkan pengamanan,” ujarnya.
Perubahan Positif di Lapangan
Pantauan terbaru menunjukkan adanya perubahan signifikan dalam skala luapan lumpur dan gas belerang. Aktivitas jalan antarkampung yang sebelumnya terganggu kini berjalan lebih nyaman setelah pemasangan tembok pembatas di titik utama luapan. Meski demikian, keberadaan luapan baru di area sekitar menjadi tantangan yang masih harus diatasi.
Budaya dan Lingkungan: Dua Hal yang Perlu Dijaga
Selain menjadi peringatan tentang pentingnya perencanaan dalam proyek energi panas bumi, fenomena ini juga mengingatkan kita tentang hubungan antara budaya, lingkungan, dan kehidupan masyarakat lokal. Ratogesa, sebagai bagian dari warisan budaya Nusantara, memerlukan perhatian serius agar dampak lingkungan tidak merusak tatanan kehidupan masyarakat adat di sekitarnya.
PLN diharapkan untuk terus melibatkan warga dalam pengambilan keputusan terkait penanganan dampak luapan lumpur. Dengan kerja sama yang baik, dampak buruk dapat diminimalkan, dan masyarakat dapat hidup lebih aman dan nyaman di tengah potensi bencana geologi ini.
Tetap Terhubung Dengan Kami:



CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.