Site icon Fakta Hukum Lembata

Semburan  Monolog “ Gregirua Ibrena Lodang”  

 

Semburan ikan paus

Lembata-Fakahukumntt.Com 18 Oktober 2023

Semburan ikan Paus Komunitas  Permata Lembata.  Pesan Moral jalan kisah seni Monolog dari Putri Gregirua  Ibrena Lodang. Untaian makna dan ungkapan sastra Monolog sangat menggugah hati. Putri Ibrena Lodang mementaskan monolog dengan judul “Cinta Anak Negeri Untuk Pertiwi Lembata”.

Pentas dramatis monolog menggali inspirasi sedalam-dalamnya bagaikan seuntai ungkapan pujangga  “Kembalilah ke pelukan Ibu. Di sana terdapat sejuta obat yang berbentuk pelukan.” “Surga itu tidak hanya terletak di kaki Ibu. Surga itu terletak di hati, pikiran, dan segalanya yang melekat padamu, Ibu.”

Pementasaan perlombaan ini di selenggaran dari Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Lembata  dan bekerjasama Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Goris Keraf  Kabupaten Lembata. Tujuan perlombaan yang diikuti dari tingkat Sekolah Menenga Pertama dan sekolah Menenga Atas dan juga Komunitas pemerhati pendidikan Lembata.

Lomba Monolog menggemakan ,   Hari ulang tahun  Otonomi daerah Kabupaten Lembata dan Merayakan Bulan Bahasa berlangsung Auditorium Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Lembata. Waktu yang sangat menyatu malam yang indah  Para Penonton dan dewan juri, Anak  Ibrena Lodang menunjukan kemampuan mementaskan kisa monolog dengan menggunakan bahasa Inggris.

Sangat unik dari peserta pemonolog yang lain tersebut, Ibrena Lodang memberikan yang terbaik apa yang Ia miliki dengan kemampuan berbahasa Inggris.

Apa makna monolog“Cinta Anak Negeri Untuk Pertiwi Lembata”.

Tanah Lembata segumpal darah Pertiwi sedang mengandung Cinta. Sesungguhnya bertumpah darah yang satu dari dalam nadi, berbangsa yang satu di tanah dipijak dan langit dijunjung, menjunjung satu bahasa persatuan yang menjadi segel pengikat antara aku, seorang Ibu, dan mereka para pemuda-pemudi.

Telah bangkit putera-puteri terinta kami, para pemuda-pemudi, kaum intelektual, agen perubahan, memiliki tenaga bak kuda pacu, yang semangatnya kian menggebu.

Untuk meraih tanganku, sang Ibu yang turut berjuang mengajarinya berdiri dan berjalan di atas tungkai kaki sendiri melangkahi permukaan bumi.

Hari ini aku kembali menangis tersedu. Pilu. Sekeping hatiku meluruh mati, entah kemana ia pergi. Mungkin ia berlalu bersama jiwa-jiwa yang melayang dari selongsong berdarah melepuh. Kamu tidak akan pernah tahu! Ribuan jiwa itu bak pelita yang mengetuk pintu langit, menjadi saksi akan perjuangan, membentuk demonstrasi pada kekuatan ilahiah demi kebebasan negeri.

Kamu tidak akan pernah tahu! Kamu bukan seorang ibu yang beribu putera-puteri direnggut dari buaian dada ini! Lahir dan berjalan, menyisir hutan dan sawah untuk mencari makan, menghunus pedang dan bambu demi kemerdekaan.

Lalu sebutir peluru menembus daging, menghentikan detak jantung, memotong jalur udara yang kembang-kempis. Dan mereka meninggalkanku, sekali lagi, untuk berdiam bergeming – jeritan yang memudar, darah yang surut. Sekali lagi, aku hanyalah seorang ibu yang anaknya kembali direnggut.

Tikus-tikus! Para tikus yang terus menggerayangi tubuhku. Menggigit dan mencabik lantaran ia tidak menemukan lagi tempat untuk mengais segumpal pangan untuk mengisi perut. Bahkan bagi mereka yang sudah lebih daripada cukup!

I LOVE LEMBATA

Apa dan isi Monolog dalam catatan Semburan Komunitas Permata Lembata

PENULIS NASKAH                   : Mr. G_botoor90

KOREOGRAFER                       : Mr. G_botoor90 & Mr. Eman Laba

MUSIK                                     : Mr. Frengky Latuan

PEMBAWA MONOLOG          : Mrs. Ibrena Lodang 

PENANGGUNG JAWAB          : Mrs. Maria Loka

Ibu….

Apakah dengan memikirkanmu saja engkau bisa tau aku mencintaimu?

Apa lebih dari kata “aku mencintaimu”,

Bisa kusulam dukamu yang menganga, menyeka setiap peluh yang menetes, mencerna setiap linangan air mata.

Atau…. haruskah aku berteriak!!!!

HARUSKAH….. AKU BERTERIAKKK….

Mengadu kepada gemunung, pada setiap tanjung dan lautan itu agar jiwamu menjadi teduh…

Ibu…

Jiwaku hijau, seperti pucuk-pucuk dedaunan yang merayu angin,

Merengek manja seperti boca yang meminta mainan, bergelayut di pangkuanku kalah ngantuk menderaku…

Ibu…

Bagaimana aku harus memulainya…

Bagaimana ibu,, …??sedangkan kakak di ujung jalan masih merontak…!! Sedangkan ayah malah sibuk menjual  emasmu untuk seteguk kenikmatan sesaat..

Aku harus bagaimana ibu…??

Ajari aku. …!!!

AJARI AKUUU…AJARII AKUUU….

Ajari aku merangkai doa kepada Tuhanku

Ajari aku membalut lukamu yang berdarah, tersayat dusta, kemunafikan kakak-kakaku dan janji palsu ayahku itu..

Ibu….

Bagaimana aku harus menghapus dukamu ini, ketika saban hari melihatmu terpekur  meratap di ujung senja…

Ibu…

Senja di ujung barat milikmu, kau pernah bercerita padaku ibu lewat angin, lewat senyuman luna dan gemericik dedaunan

Ibu.. bukankah kau ingin memetik bintang untuk hidangan makan malam kita berdua…

Bukankan itu inginmu ibu….

Ibu… jawablah aku.. jawab aku ibu….

Engkau tau..

ENGKAU SANGAT TAHU IBU…….

Aku selalu lebih suka duduk disampingmu,  sandarkan kepalaku di pangkuanmu sambil ku ceritakan semua hal yang telah aku lalui, tentang semua impian yang ingin aku gapai..

Engkau tau.. aku selalu ingin membuatmu tersenyum bangga akan semua keberhasilanku..

Jawab aku… ibu…

Ibu…

Engkau selalu mengawasiku.. menjagaku..

Kau tau, dunia sama buasnya dengan rimba raya yang mengatasnamakan kemanusiaan untuk bulusnya yang jahanam..

Ibu….

Ibu…. bangun ibu..

LANTANGKAN SUARAMU..

TERIAKKAN KEBENARANMU..

Jangan Engkau diam terpekur meratap tanah..

Bangunn ibu..  kenapa engkau merunduk..

Kenapa engkau hanya berdiam diri dan menangis 

Kenapa ibu…..??!!!

Keserakahan terus berlangsung, yang bermodal mengeruk paksa sampai harus menelanjangi kebenaran……

Ibu…..

Jawab aku ibu…

Lembataku…. jawab aku..

Jawab aku lembataku..

JAWAB AKU LEMBATAKU

JAWAB AKU PERTIWIKU….

Kenapa kamu hanya diam….

Cawanmu berdarah-darah…

Hidangan mana lagi yang  ingin engkau berikan kepadaku ibu..

Jawab aku ibu….

Ibu…

Aku dan generasiku… kami hijau ibu…

Generasi yang seharusnya ceria dan merdeka, duduk disini dengan tatapan penuh duka

IBU…..

IBUU……

LEMBATAKU

Tanpa kata engkau terus menimang dan melindungiku

Tanpa kata engkau terus mendekapku dengan lembut…

Ibuuu…

Aku mencintaimu ibu

AKU MENCINTAIMU LEMBATAKU

Aku MENCINTAIMU

Aku mencintaimu sampai akhir hayatku…

LEMBATAKU

LEMBATA HARADIEN……..

….TAMAT

 

Catatan pesan Jurnalis Faktahukumntt.Com-

Ibu, apa kabarmu ? Sudah redakah amarahmu, melihat sebagian anakmu masih sibuk dengan pesta pora oleh harta dunia yang ditumpuk dari mendusta, disaat sebagian keluarga nyaris merangkak demi mencari setitik kasih yang dilanda kegersangan dan sesuap kehidupan di antara lirih kelaparan.

Ibu, apa kabarmu ? Usiamu kian menua, rambut putihmu tak terbilang, keriputmu kian kentara oleh kecewa yang tersimpan atas berbagai ketimpangan yang nyata di hadapan. Sedang kau telah menyerahkan setiap warisan yang seharusnya mampu mensejahterakan semua anak-anak negerimu.

Ibu, apa kabarmu ? Masihkah diam-diam kau menangis. Melihat bayi-bayimu bergelimpangan di trotoar, terbaring beralaskan koran lusuh. Tubuhnya kurus dengan perut buncit berisi nasi sisa kemarin yang ditemukan di tong sampah. Tidakkah kian mengabur pandanganmu, Bu?

Ibu, apa kabarmu ? Jika dikala malam kian larut. Hatimu hanyut dihela nafas lelahmu. Tubuh rentamu berontak berasa ingin mengepak seluruh sendi dan menyulapnya menjadi selimut berbulu angsa, memberikan kehangatan pada anak-anak yatim yang terlempar dunia hitam.

Tapi, Bu. suara bisikmu menyentuh lembut sepasang sayap malaikat.

“Nak, aku titipkan negeri ini bukan untuk baku hantam antar sodara, melainkan saling mengasihi dan memberi.”

“Bukankah darah yang mengalir di tubuh kalian sama, merah atas nama ibu pertiwi dan kemerdekaan yang diperjuangkan, dan putih tulang untuk keberagaman yang saling bahu membahu dalam gotong royong kesetaraan.” Salam Semburan Ikan Paus 2024 (Rofinus Rehe Roning)

 

 

 

Exit mobile version