BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilakukan selama empat bulan dengan menerapkan strategi pembelajaran kontekstual yang menekankan refleksi, diskusi kelompok, dan praktik doa serta aksi sosial.
Siklus 1: Pengenalan dan Pembangunan Kesadaran Iman
Pada tahap awal, siswa diberikan materi tentang pentingnya memiliki pemahaman yang kuat terhadap ajaran Gereja Katolik. Guru mengajak siswa untuk:
Mengikuti diskusi mengenai peran iman dalam kehidupan sehari-hari.
Membuat jurnal refleksi tentang hubungan pribadi mereka dengan Tuhan.
Mempraktikkan doa pribadi setiap hari.
Hasil observasi menunjukkan bahwa sebanyak 70% siswa masih pasif dan kurang memahami pentingnya doa pribadi dan refleksi iman.
Siklus 2: Penguatan Pemahaman dan Pengamalan Iman
Di siklus kedua, metode pembelajaran diperkuat dengan:
Kajian Kitab Suci yang dikaitkan dengan pengalaman hidup siswa.
Tugas refleksi untuk menuliskan pengalaman pribadi dalam mengamalkan nilai-nilai Kristiani.
Diskusi kelompok tentang studi kasus yang berkaitan dengan tantangan iman dalam kehidupan remaja.
Pada tahap ini, jumlah siswa yang mulai aktif bertanya dan berbagi pengalaman meningkat menjadi 65%. Namun, sebagian siswa masih mengalami kesulitan dalam membuat jurnal refleksi secara rutin.
Siklus 3: Praktik Sosial dan Pembiasaan Mental Spiritual
Untuk memperkuat pengamalan nilai-nilai Kristiani, dilakukan:
Kegiatan doa bersama setiap minggu, baik di kelas maupun di kapel sekolah.
Proyek aksi sosial, seperti kunjungan ke panti asuhan dan kerja bakti di lingkungan sekitar sekolah.
Evaluasi pribadi, di mana siswa menuliskan perkembangan iman mereka dalam jurnal refleksi.
Hasilnya, 75% siswa mulai menunjukkan peningkatan kesadaran akan pentingnya doa dan penghayatan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan mereka.
Siklus 4: Evaluasi dan Penguatan Kesadaran Iman
Pada tahap akhir, siswa diminta untuk:
Menyusun rencana pribadi tentang bagaimana mereka akan mengembangkan kehidupan iman setelah penelitian ini selesai.
Mempresentasikan pengalaman mereka dalam mengamalkan nilai Kristiani di kelas.
Melakukan refleksi bersama tentang perjalanan iman yang mereka alami selama penelitian.
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa 80% siswa telah mengalami perubahan positif dalam pemahaman dan pengamalan iman mereka.
4.2 Analisis Hasil Penelitian
Hasil dari empat siklus menunjukkan bahwa pembelajaran kontekstual yang menghubungkan teori dengan pengalaman nyata sangat efektif dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Kristiani di kalangan siswa kelas XI.
1. Pemahaman Siswa terhadap Nilai-Nilai Kristiani
Pada awal penelitian, hanya 40% siswa yang memahami dasar-dasar ajaran Katolik.
Setelah penerapan pembelajaran kontekstual, 85% siswa menunjukkan peningkatan pemahaman yang signifikan.
2. Kebiasaan Membuat Catatan, Jurnal, dan Buku Tugas
Sebelum penelitian, hanya 30% siswa yang memiliki kebiasaan membuat catatan dan refleksi pribadi.
Setelah penelitian, 75% siswa secara aktif menulis jurnal refleksi dan catatan iman mereka.
3. Mental Belajar dan Penghayatan Sosial
Pada awalnya, banyak siswa yang hanya melihat agama sebagai mata pelajaran biasa.
Namun setelah mengikuti siklus pembelajaran, 78% siswa mulai menyadari bahwa iman bukan hanya untuk dipahami, tetapi juga harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
85% siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial sebagai bentuk penghayatan nilai Kristiani.
4.3 Refleksi Pembelajaran
Pembelajaran kontekstual memberikan dampak positif terhadap mental belajar siswa. Mereka tidak hanya memahami ajaran Gereja secara akademis, tetapi juga mengembangkan kebiasaan doa, refleksi iman, dan pengamalan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan nyata.
Faktor-faktor keberhasilan dalam penelitian ini meliputi:
1. Penerapan metode refleksi yang membantu siswa menghubungkan iman dengan pengalaman hidup.
2. Kegiatan doa pribadi dan bersama yang membangun kebiasaan spiritual.
3. Proyek aksi sosial yang memperkuat pengamalan nilai-nilai Kristiani.
Penelitian ini membuktikan bahwa mental belajar yang baik dalam Pendidikan Agama Katolik tidak hanya ditunjukkan dengan pemahaman teori, tetapi juga melalui kebiasaan doa, refleksi iman, dan aksi nyata dalam kehidupan sosial. Dengan pendekatan yang tepat, siswa dapat lebih memahami dan mengamalkan ajaran Kristus dalam kehidupan sehari-hari.
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Pembelajaran kontekstual terbukti efektif dalam meningkatkan pemahaman dan pengamalan nilai-nilai Kristiani.
5.2 Saran
Guru diharapkan lebih banyak menggunakan metode pembelajaran kontekstual.
Sekolah perlu memfasilitasi kegiatan yang memperkuat pengamalan nilai Kristiani.
DAFTAR PUSTAKA
1. Modul Ajar Guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kelas XI Kurikulum Merdeka 2024
2. Johnson, E. B. (2002). Contextual Teaching and Learning.
3. Katekismus Gereja Katolik (2005).
Tetap Terhubung Dengan Kami:



CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.