Opini= Rofinus Rehe,S.Ag / SMAN I Nubatukan= saat yang tepat mengunjungi Bapak Daniel Rs. DAMIAN Lembata. (amor clamat, amor mutus est, amor oblitus est, amor esurit – cinta itu menangis, cinta itu bisu, cinta itu lupa, cinta itu lapar)
FK – PEDAGOGI – Pedagogi adalah ilmu dan seni mengajar yang mencakup teori, metode, dan strategi pembelajaran. Dalam konteks Pendidikan Agama Katolik (PAK), pedagogi tidak hanya berfokus pada transfer ilmu tetapi juga membimbing peserta didik dalam penghayatan nilai-nilai Kristiani.
1. Prinsip-Prinsip Pedagogi dalam PAK
- Berpusat pada Kristus – Setiap proses pembelajaran bertujuan untuk membawa peserta didik semakin dekat dengan Kristus.
- Berorientasi pada Peserta Didik – Menyesuaikan metode dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik.
- Kontekstual – Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata agar lebih bermakna.
- Kolaboratif – Mendorong interaksi dan diskusi antara guru, peserta didik, dan komunitas iman.
- Transformasional – Pendidikan bukan hanya menyampaikan ilmu, tetapi juga membentuk karakter Kristiani.
2. Peran Guru Pendidikan Agama Katolik
- Sebagai pendidik dan saksi iman
- Sebagai fasilitator dalam pembelajaran
- Sebagai motivator dan inspirator bagi peserta didik.

Guru Pendidikan Agama Katolik memiliki peran yang mendalam dan bermakna dalam membimbing peserta didik berdasarkan Tritugas Kristus: sebagai Imam (Sanctificandi – menguduskan), Nabi (Docendi – mengajar), dan Raja (Regendi – memimpin). Ketiga peran ini menjadi dasar dalam memahami tugas guru sebagai pendidik dan saksi iman, fasilitator dalam pembelajaran, serta motivator dan inspirator.
1. Guru sebagai Pendidik dan Saksi Iman
Sebagai pendidik, guru tidak hanya mentransfer ilmu tetapi juga menjadi saksi iman yang hidup bagi peserta didik. Guru harus menjadi teladan dalam hidup sehari-hari, sebagaimana nabi-nabi dalam Perjanjian Lama dan Yesus sendiri dalam Perjanjian Baru.
Dalam Perjanjian Lama
- Ulangan 6:6-7 → “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.”
- Guru dipanggil untuk mewariskan iman kepada generasi muda, sebagaimana umat Israel diajarkan untuk menurunkan ajaran Tuhan kepada anak-anak mereka.
- Mazmur 78:4 → “Kami tidak hendak menyembunyikannya kepada anak-anak mereka, tetapi akan memberitakan kepada angkatan yang kemudian, pujian kepada Tuhan dan kekuatan-Nya dan perbuatan-perbuatan-Nya yang ajaib yang telah dilakukan-Nya.”
- Guru bertanggung jawab untuk menceritakan karya keselamatan Allah dalam sejarah umat manusia.
Dalam Perjanjian Baru
- Matius 28:19-20 → “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.”
- Guru sebagai saksi iman memiliki tugas perutusan seperti para rasul, yaitu membawa peserta didik untuk mengenal Kristus dan ajaran-Nya.
- 1 Korintus 11:1 → “Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.”
- Guru harus menjadi teladan dalam perkataan dan perbuatan, menampilkan kehidupan yang selaras dengan iman Katolik.
2. Guru sebagai Fasilitator dalam Pembelajaran
Sebagai fasilitator, guru membantu peserta didik memahami iman dan menerapkannya dalam kehidupan. Peran ini sejalan dengan tugas Kristus sebagai Nabi yang mengajar, memberikan hikmat dan membimbing umat dalam kebenaran.
Dalam Perjanjian Lama
- Nehemia 8:8 → “Mereka membacakan bagian-bagian kitab Taurat Allah dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan, sehingga rakyat dapat mengerti apa yang dibacanya.”
- Ezra dan para imam membantu umat memahami Firman Tuhan, sebagaimana guru harus menjelaskan ajaran iman dengan cara yang dapat dipahami peserta didik.
- Amsal 22:6 → “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.”
- Guru berperan sebagai pembimbing yang mengarahkan peserta didik ke jalan yang benar.
Dalam Perjanjian Baru
- Lukas 24:27 → “Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.”
- Yesus sebagai Guru Agung tidak hanya mengajar tetapi juga membantu murid-murid-Nya memahami makna Kitab Suci. Guru Pendidikan Agama Katolik juga harus menjembatani pemahaman peserta didik tentang iman.
- Yohanes 14:26 → “Tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.”
- Guru bekerja dalam terang Roh Kudus untuk membimbing peserta didik menuju pemahaman iman yang lebih dalam.

3. Guru sebagai Motivator dan Inspirator bagi Peserta Didik
Guru tidak hanya mengajar tetapi juga membangkitkan semangat, harapan, dan kecintaan kepada Tuhan dalam diri peserta didik. Peran ini mencerminkan tugas Kristus sebagai Raja yang membimbing dan menuntun umat-Nya dengan kasih dan kebijaksanaan.
Dalam Perjanjian Lama
- Yesaya 40:31 → “Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”
- Guru harus menginspirasi dan membangkitkan harapan, seperti nabi Yesaya yang menguatkan umat dalam masa sulit.
- Yeremia 29:11 → “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”
- Guru harus membantu peserta didik melihat masa depan mereka dalam terang kasih Tuhan.
Dalam Perjanjian Baru
- Filipi 4:13 → “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”
- Guru sebagai motivator harus mendorong peserta didik untuk percaya pada kekuatan Kristus dalam menghadapi tantangan hidup.
- 2 Timotius 1:7 → “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.”
- Guru harus membantu peserta didik untuk percaya diri, berani, dan memiliki semangat dalam belajar serta beriman.
Mengenal hati iman Anak melalui Metode Pembelajaran dalam PAK
- Metode Naratif/Bercerita – Menyampaikan kisah-kisah dalam Kitab Suci untuk membangun pemahaman iman.
- Metode Diskusi – Memfasilitasi pemikiran kritis dan reflektif terhadap nilai-nilai iman.
- Metode Demonstrasi dan Simulasi – Mempraktikkan nilai-nilai iman dalam kehidupan sehari-hari.
- Metode Problem-Based Learning (PBL) – Mengajak peserta didik untuk menyelesaikan masalah kehidupan dengan nilai Kristiani.
2 . Model Pembelajaran dalam PAK
- Model Saintifik – Menggunakan pendekatan observasi, tanya jawab, eksperimen, dan refleksi.
- Model Cooperative Learning – Menggunakan kerja kelompok untuk menanamkan nilai kebersamaan dan kasih.
- Model Experiential Learning – Pembelajaran berbasis pengalaman seperti retret, rekoleksi, atau pelayanan sosial.
Metode dan model menjadi satu Kawanan dalam Pemdidikan Agama katolik
Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik (PAK) harus mampu membawa peserta didik untuk memahami, menghayati, dan mempraktikkan iman dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, diperlukan berbagai metode dan model pembelajaran yang efektif.
1. Metode Naratif / Bercerita
Metode ini menggunakan cerita untuk menyampaikan pesan iman. Cerita bisa diambil dari Kitab Suci, kisah para santo/santa, atau pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh: Perumpamaan Satu Kawanan dan Satu Domba (Lukas 15:3-7)
Dalam pembelajaran, guru bisa bercerita tentang Gembala yang Meninggalkan 99 Domba untuk Mencari 1 yang Hilang:
“Ada seorang gembala yang memiliki 100 ekor domba. Suatu hari, ia menyadari bahwa satu domba tersesat. Dengan penuh kasih, ia meninggalkan 99 ekor domba lainnya dan pergi mencari yang hilang. Ketika menemukannya, ia bersukacita dan membawanya kembali ke kawanan.”
Pesan yang Dapat Disampaikan:
- Tuhan tidak ingin ada satu pun umat-Nya yang tersesat.
- Kasih Allah lebih besar dari kesalahan kita, dan Dia selalu mencari serta menerima kita kembali.
- Sebagai umat beriman, kita harus memiliki sikap peduli terhadap orang lain yang tersesat dalam hidup.
2. Metode Diskusi
Metode diskusi memungkinkan peserta didik berpikir kritis dan merefleksikan nilai-nilai iman melalui interaksi kelompok.
Mengatasi Masalah Pemikiran Kritis dan Refleksi terhadap Nilai-Nilai Iman:
Pemikiran kritis dapat diasah melalui beberapa pendekatan:
- Diskusi Kelompok → Peserta didik diberi suatu permasalahan iman untuk didiskusikan, misalnya:
- Mengapa orang sering menjauh dari Tuhan dalam kesulitan?
- Bagaimana cara menghadapi teman yang tidak percaya kepada Tuhan?
- Studi Kasus → Menganalisis situasi nyata dan menemukan solusi berdasarkan ajaran Yesus.
- Refleksi Pribadi → Setelah diskusi, peserta didik menuliskan renungan pribadi tentang bagaimana ajaran yang mereka pelajari bisa diterapkan dalam hidup.
- Debat Terarah → Menghadapkan dua pandangan berbeda mengenai suatu topik iman dan menganalisisnya dalam terang Kitab Suci.
Contoh Diskusi:
Topik: Bagaimana cara kita menunjukkan kasih kepada sesama yang berbeda agama atau kepercayaan?
Langkah-langkah:
- Peserta didik dibagi dalam kelompok.
- Setiap kelompok berdiskusi dan mencari referensi dari Kitab Suci dan ajaran Gereja.
- Hasil diskusi dipresentasikan dan ditanggapi oleh kelompok lain.
- Guru memberikan kesimpulan berdasarkan ajaran Gereja Katolik.
3. Metode Demonstrasi dan Simulasi
Metode ini melibatkan praktik langsung untuk memperkuat pemahaman dan penghayatan nilai-nilai iman.
Contoh:
- Koor Gereja → Peserta didik diajak untuk membentuk paduan suara dalam ibadah sekolah atau gereja. Nilai iman yang dipraktikkan: Penghormatan kepada Tuhan melalui nyanyian pujian, kerja sama, dan kedisiplinan.
- Kelompok Doa → Peserta didik berlatih memimpin doa bersama dan membaca Kitab Suci. Nilai iman yang dipraktikkan: Kedekatan dengan Tuhan, kebersamaan dalam iman, dan keberanian dalam bersaksi.
- Memberikan Sumbangan → Mengumpulkan dana atau barang untuk membantu sesama yang membutuhkan. Nilai iman yang dipraktikkan: Kepedulian sosial, berbagi berkat, dan kemurahan hati.
- Mengunjungi Orang Sakit → Peserta didik diajak ke panti jompo atau rumah sakit untuk berdoa dan memberi semangat kepada orang sakit. Nilai iman yang dipraktikkan: Belas kasih, kepedulian, dan cinta kasih seperti Yesus.
Langkah-langkah Penerapan:
- Guru menjelaskan tujuan kegiatan dan nilai iman yang akan dipraktikkan.
- Peserta didik melakukan kegiatan sesuai arahan (latihan koor, doa bersama, penggalangan dana, atau kunjungan sosial).
- Setelah kegiatan, peserta didik melakukan refleksi tentang pengalaman mereka.
- Guru membimbing peserta didik untuk menghubungkan pengalaman tersebut dengan ajaran Kristus.
4. Metode Problem-Based Learning (PBL)
Metode ini mendorong peserta didik untuk berpikir kritis dengan memecahkan masalah nyata yang berkaitan dengan iman.
Langkah-Langkah Penerapan:
- Penyajian Masalah → Guru memberikan skenario masalah nyata yang membutuhkan pemecahan berdasarkan ajaran iman Katolik.
- Diskusi Kelompok → Peserta didik berdiskusi untuk mencari solusi menggunakan Kitab Suci dan ajaran Gereja.
- Eksplorasi dan Observasi → Mereka dapat melakukan wawancara, membaca referensi, atau melakukan survei kecil.
- Presentasi dan Refleksi → Setiap kelompok menyampaikan solusi mereka, diikuti dengan refleksi iman.
Contoh PBL:
Masalah:
Seorang remaja Katolik merasa minder karena lingkungan sekitarnya tidak memahami imannya dan sering mengejeknya karena rajin ke gereja.
Proses Pembelajaran:
- Guru membagi kelas dalam kelompok untuk menganalisis situasi ini.
- Mereka mencari solusi berdasarkan Kitab Suci (misalnya, Matius 5:11 – “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya”).
- Setiap kelompok mempresentasikan solusi mereka.
- Guru memberikan kesimpulan bahwa mempertahankan iman adalah bagian dari panggilan Kristiani.
Metode dan model pembelajaran dalam PAK harus membantu peserta didik memahami, menghayati, dan menerapkan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan sehari-hari.
- Metode Naratif mengajarkan iman melalui cerita yang bermakna.
- Metode Diskusi melatih pemikiran kritis dan refleksi nilai-nilai iman.
- Metode Demonstrasi dan Simulasi memungkinkan peserta didik untuk mengalami langsung ajaran iman dalam tindakan nyata.
- Metode Problem-Based Learning membantu peserta didik menyelesaikan masalah kehidupan berdasarkan iman Katolik.
Dengan pendekatan yang tepat, PAK tidak hanya menjadi mata pelajaran tetapi juga membentuk karakter Kristiani yang kokoh dalam diri peserta didik.

Pengembangan Perangkat Pembelajaran PAK
1 Komponen Perangkat Pembelajaran
- Silabus – Dokumen yang berisi kompetensi, materi, metode, dan penilaian.
- Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) – Panduan rinci untuk setiap sesi pembelajaran.
- Bahan Ajar – Buku, modul, dan media pembelajaran lain yang digunakan.
- Instrumen Evaluasi – Alat untuk menilai pemahaman dan sikap peserta didik terhadap materi.
2 Langkah-Langkah Pengembangan Perangkat Pembelajaran
- Analisis Kurikulum – Menyesuaikan perangkat dengan standar yang berlaku.
- Penentuan Tujuan Pembelajaran – Merumuskan Kompetensi Dasar dan Indikator Pembelajaran.
- Pemilihan Metode dan Media – Menentukan cara yang paling efektif untuk mengajarkan materi.
- Penyusunan RPP dan Evaluasi – Menyusun langkah-langkah pembelajaran dan alat penilaiannya.
3 Evaluasi dan Pengembangan Berkelanjutan
- Melakukan refleksi terhadap efektivitas perangkat pembelajaran.
- Mengadaptasi umpan balik dari peserta didik untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
- Menerapkan inovasi dalam media pembelajaran, termasuk teknologi digital.
Pada Hakekatnya Pedagogi dalam Pendidikan Agama Katolik memiliki tujuan tidak hanya untuk mengajarkan ajaran iman, tetapi juga membentuk karakter Kristiani dalam diri peserta didik. Dengan menggunakan metode dan strategi yang tepat, serta mengembangkan perangkat pembelajaran yang efektif, pendidikan agama dapat menjadi sarana transformasi iman yang mendalam bagi generasi muda.
Semoga karya mengalir sampai turun hujan memandikan tanah iman.
Tetap Terhubung Dengan Kami:



CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.