opini= SILVER IA FANTASIA BONASETI,S.Ag
Guru SDN Tetes Tanah Keca.Elar Selatan,Kab.Manggarai Timur/NTT
=================================
FK – Pendidikan agama merupakan aspek fundamental dalam membentuk karakter dan iman anak-anak sejak dini. Di SDN Tetes Tanah, guru agama Katolik memiliki peran utama dalam menanamkan nilai-nilai keimanan kepada siswa, khususnya dalam memahami dan menghayati tujuh sakramen. Tanggung jawab ini bukan sekadar mengajarkan teori, tetapi juga mendidik mereka agar dapat mengamalkan ajaran iman dalam kehidupan sehari-hari.
Sakramen dalam Gereja Katolik—Baptisan, Ekaristi, Krisma, Tobat, Pengurapan Orang Sakit, Imamat, dan Perkawinan—bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi juga sarana pertumbuhan spiritual yang harus dikenalkan sejak dini. Guru agama Katolik di sekolah dasar memegang peranan penting dalam memastikan bahwa siswa memahami makna mendalam dari sakramen tersebut, bukan hanya sebagai tradisi, tetapi sebagai bagian dari kehidupan iman mereka.
Salah satu cara efektif dalam menanamkan nilai-nilai sakramen adalah dengan membiasakan siswa membaca dan merenungkan ajaran iman melalui pendalaman Kitab Suci. Membaca Alkitab, kisah-kisah para santo-santa, serta buku-buku rohani menjadi jembatan penting dalam menumbuhkan pemahaman anak-anak tentang iman Katolik. Dengan membaca, siswa tidak hanya belajar teori tetapi juga mampu menghubungkan ajaran sakramen dengan pengalaman hidup mereka.
Agar siswa dapat semakin mendalami Kitab Suci, ada empat aspek utama yang harus ditekankan oleh guru agama Katolik:
- Membaca dan Merenungkan (Lectio Divina)
- Guru harus membimbing siswa membaca Kitab Suci secara perlahan, memahami konteksnya, serta merenungkan makna di balik setiap perikop yang dibaca.
- Proses ini membantu siswa menghubungkan firman Tuhan dengan kehidupan sehari-hari.
- Memahami Makna dalam Konteks Iman Katolik
- Kitab Suci bukan hanya sekadar cerita sejarah, tetapi memiliki pesan rohani yang harus dipahami dalam terang ajaran Gereja Katolik.
- Guru harus menjelaskan bagaimana setiap bagian Kitab Suci berkaitan dengan ajaran sakramen.
- Mengaitkan dengan Kehidupan Sehari-hari
- Anak-anak perlu memahami bahwa ajaran dalam Kitab Suci bukan hanya untuk dibaca, tetapi juga untuk diamalkan dalam kehidupan mereka, seperti berbuat kasih kepada sesama dan aktif dalam kegiatan gereja.
- Diskusi kelompok dapat menjadi metode efektif untuk menggali lebih dalam bagaimana firman Tuhan dapat diterapkan dalam kehidupan nyata.
- Mendoakan dan Menghayati Firman Tuhan
- Membaca Kitab Suci harus selalu diiringi dengan doa agar siswa tidak hanya memahami secara intelektual, tetapi juga mengalami sentuhan rohani dalam hati mereka.
- Guru bisa mengajak siswa berdoa sebelum dan sesudah membaca Kitab Suci, serta mempraktikkan doa spontan yang berakar pada firman Tuhan.
Konteks Injil Yohanes dalam Pendidikan Sakramen
Salah satu ayat yang sangat relevan dalam menanamkan pemahaman sakramen kepada siswa adalah Injil Yohanes 6:53-56, yang berbunyi:
“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal, dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.”
Ayat ini menjadi dasar yang kuat dalam pengajaran tentang Sakramen Ekaristi, di mana Yesus sendiri menegaskan pentingnya menerima tubuh dan darah-Nya dalam perjamuan kudus.
Melalui ayat ini, siswa dapat diajak untuk memahami bahwa Sakramen Ekaristi bukan sekadar simbol, melainkan kehadiran nyata Yesus dalam kehidupan mereka.
Guru agama dapat menggunakan ayat ini dalam pengajaran mereka dengan:
- Mengajak siswa membaca dan merenungkan maknanya dalam kehidupan sehari-hari.
- Menghubungkan ayat ini dengan pengalaman mereka saat mengikuti Perayaan Ekaristi di gereja.
- Menjelaskan bagaimana Sakramen Ekaristi memperkuat hubungan mereka dengan Kristus dan sesama.
Namun, tanggung jawab guru agama tidak bisa berdiri sendiri. Dibutuhkan dukungan dari lingkungan sekolah, keluarga, dan komunitas gereja agar pendidikan iman berjalan efektif.
Sekolah harus menyediakan bahan bacaan yang relevan, orang tua perlu membimbing anak dalam menghidupi iman di rumah, dan gereja harus menjadi tempat di mana siswa dapat melihat serta mengalami langsung penerapan sakramen dalam kehidupan nyata.
Jika semua elemen ini berjalan seiring, maka pendidikan agama di SDN Tetes Tanah akan lebih dari sekadar mata pelajaran—tetapi menjadi proses pembentukan iman yang kokoh.
Oleh karena itu, tanggung jawab guru agama Katolik dalam menanamkan tujuh sakramen melalui pendalaman Kitab Suci harus terus didukung dan diperkuat demi menciptakan generasi muda Katolik yang beriman dan berakar dalam nilai-nilai Kristiani. (Fantasia)
Tetap Terhubung Dengan Kami:



CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.