LEMBATA, FaktahukumNTT.com – 30 September 2023
Projek P5-Penulis : Maria Apriliana Ina Ose SiswaKelas X-7 SMA Negeri 1 Nubatukan
Sahabat merdeka belajar yang sangat Maria Cintai. Sesungguhnya Falsafah Tuturan Yang Terkandung Dalam Ritual Hodi Ura Woi (Meminta dan Menjemput Air Hujan) Masyarakat Desa Ohe Kolontobo Kecamatan Ile Ape Kabupaten Lembata Nusa Tenggara Timur. Pada zaman dahulu kala, di Kampung Ohe, Desa Kolontobo, dilakukan ritual hode ure woi atau ritual pemanggilan hujan.Ritual tersebut dilakukan oleh seluruh masyarakat dan dipimpin oleh seorang molan(dukun), yang mempunyai karis matik tersendiri, yang didapat dari leluhur.Molan yang memimpin ritual tersebut berfungsi sebagai pengantara, yang menghubungkan manusia dengan wujud tertinggi lera wulan tana ekan (Tuhan Allah). Molan juga di percaya sebagai dokter untuk menyembuhkan penyakit yang tidak bias disembuhkan secara medis.
Selain ritual pemanggilan hujan, di Desa Kolontobo juga mempunyai ritual adat yang lain, yakni retirolli dan tappa hollo (upacara perdamaian antara kedua belah pihak yang dalam kehidupan setiap harinya melanggar nilai atau norma adat, dan merusak dimensi hubungan social antara kedua belah pihak). Ada juga ritual pua manu ledu lewu yang maknanya hampir sama dengan tappa hollo. Semua ritual yang ada adalah untuk menghasilkan keharmonisan di kehidupanmasayarakat.

Ritual hode ure woi, dilakukanmelalui 3 (tiga) tahap.Di tahap pertama, ritual adat dilakukan di daerah pegunungan.Padatahapini, semua masyarakat dan ata molan (orang yang mempunyai karis makhusus) melakukan ritual di daerah pegunungan, di mana tempat inijuga menjadi sentral pertama untuk ata molan melakukan ritual hodi ama opo atau nenebele (memanggil leluhur untuk bersama dalam ritual meminta dan menjemput hujan).
Dalam ritual ini, masyarakat dan ata molan memintaperlindungan dari semua leluhur nenek moyang, agar menjaga selama keberlangsungan hidup generasinya, selama mereka masih hidup di bumi, juga akan keberlangsungan ritual sampai selesai.
Pada tahap yang kedua, ritual dilakukan di moting tobi puke baolangun (daerah ritual di bawah pohon asam, di pinggirankampung). Di lokasi ini, ata molan dan masyarakat masih tetap melakukan ritual yang sama, yakni memanggil para leluhur, untuk meminta turunnya air hujan, juga keselamatan selama ritual berlangsung.
Kemudian pada tahap ketiga, dilakukan ritual pau nuba dan paha tobi lebe luba. Pau nuba adalah ritual sesajian sebagai symbol member makan pada leluhur. Sedangkan paha tobi lebe luba adalah permohonan mendatangkan hujan dengan menanam sebatang ranting pohon asam dan periuk tanah di dalam air laut. Ritual ini dilakukan di daerah pantai. Ritual pada tahap ketiga ini adalah klimaks dari segala ritual hodi ura woi yang ditandai dengan pau nuba dan paha tobi lebe luba.
Dari ritual pertama sampai ketiga, ata molan bersama masyarakat melakukan ritual dengan menaruh harapan penuh pada lera wulan tana ekan dan para leluhur.Para leluhur dianggap sebagai sumber yang dapat mendatangkan keberuntungan bagi manusia, yang sedang terkena dampak rendahnya curah hujan. Para leluhur yang dipercaya, memiliki suatu tempat yang disebut nuba tukan ara lolo (tempat ritual).
Berdasarkan bentuk tuturan ritual adat hodi ura woi, ditemukan beberapa fungsi, antara lain yang pertama, fungsimagis. Fungsi magis merupakan sesuatu yang memiliki kekuatan gaib atau supra natural. Fungsi magis dalam ritual hodi ura woi ini diyakini oleh masyarakat kampung Ohe, Desa Kolontobo, sebagai media atau hubungan denganTuhan atau arwah para leluhur nenek moyang, demi tetap menjaga masyarakat dari segala jenis kesusahan, dalam keberlangsungan hidup masyarakat dengan alam sekitar. Makna pemujaan ini ditandai dengan ucapan kalimat oleh ata molan.
Lera wulan tana ekan, ama opo koda kewoko. Pada kalimat tuturan ini, merupakan bentuk kepercayaan akan wujud tertinggi yakni Tuhan Allah pencipta segala yang ada, dan berpusat pada kehidupan masyarakat.
Kemudian fungsi yang kedua yaitu fungsi instrumental, yang berartifungsi Bahasa untukkepentingan penutur. Dan yang ketiga adalah fungsi interaksional. Fungsi interaksional adalah memantapkan ketahanan bahasa dan memelihara komunikasi social. Keempat, fungsi pemerian. Fungsi pemberian adalah penggunaan Bahasa untuk membuat pernyataan menyampaikan fakta pengetahuan, menjelaskan atau melaporkan dengan kata lain menggambarkan realitas yang sebenarnya, seperti yang dilihat oleh seseorang.
Kelima adalah fungsi heuristik yang artinya melibatkan pengguna bahasa untuk memperoleh ilmu pengetahuan, memperjelas kondisi lingkungan, rasa ingintahu, merupakan suatu heuristik untuk memperoleh representasi realitas orang lain.
Mari belajar dan terus menggali akar rumput. Budaya ini ditemukan makna dalam ritual adat hodi ura woi. Makna diantaranya seperti: makna religius, makna permohonan, makna kebersamaan dan persatuan, makna penghormatan, kepada leluhur nenek moyang. Semua fungsi dan makna dalam ritual adat hodi ura woi di Desa Kolontobo, sudah di tetapkan dan sudah dilakukan secara turun temurun, dan dari masa ke masa. Dan ritual ini, menjadi sangat penting bagi masyarakat Indonesia.Salam Pancasila ( Penulis- Maria Apriliana Ina Ose/red Rrr)
Tetap Terhubung Dengan Kami:



CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.