Artikel / = Yohanes Paulus Pito Koban, S.Fil ( Guru SMAN I Nagawutung)
FK – Pada gelaran Gebyar SMK dan Pameran Karya Siswa SMA/SLB se-Kabupaten Lembata yang berlangsung pada 2–4 Mei 2025 di eks Kantor Bupati Lembata, saya menyaksikan sebuah ironi yang menggugah hati.
Di tengah upaya luar biasa yang dilakukan oleh siswa-siswi di Lembata untuk mengapresiasi potensi lokal lewat karya-karya mereka—baik itu dalam bentuk olahan pangan lokal, teknologi tepat guna, kriya khas daerah, hingga dokumentasi praktik industri—pameran tersebut berlangsung dengan sangat sepi. Bahkan, sebuah percakapan singkat dengan sepasang suami-istri yang lewat mengungkapkan betapa mereka sama sekali tidak tahu bahwa pameran ini sedang berlangsung.
“Kami baru tahu ada pameran di sini… kalau tidak lewat jalan ini, mungkin tidak tahu sama sekali,” ujar mereka dengan polos.
Komentar ini menjadi titik awal bagi saya untuk mempertanyakan bagaimana sebuah acara yang begitu penting bagi pendidikan dan pengembangan karakter siswa bisa terabaikan oleh masyarakat luas.
(Puisi Refleksi literan)
Taan Tou: Generasi Emas Lembata
Ina nara, ame lewo
Anah bala wawa tana
Lakan goran wulang ata
Koda neken lema lio
Tana kolin, lewo leten
Matanaken bela ata
Tuki bau, tuki rae
Taka puken, wela bele
Nian gahan lewotanah
Baka tekik, suat tawa
Wutu pukun, lio bele
Wai ta’an, wai tou
Ema lio, ana moko
Meti tua, ilé bura
Takan wawa, nara lamat
Wulan rae, kilan tou
(Terjemahan literan indonesia)
Ibu tanah, ayah negeri
Anak tumbuh di tanah adat
Berakar pada warisan leluhur
Membangun masa depan yang bijak
Tanah kaya, negeri tinggi
Menjadi cahaya umat manusia
Menyongsong langit dan bumi
Berdiri teguh, melangkah pasti
Jiwa besar negeri ini
Meski kecil, mimpi besar
Bertumbuh kuat dan bersinar
Menjadi suara dan harapan
Wahai generasi baru
Warisi nilai dan cahaya
Majulah dengan hati luhur
Membuka jalan bagi bangsa.
Pesan Puisi ini (Mengapa?)
Buku terbesit 2 helai hempas debu bukan Seharusnya, sebuah pameran karya siswa bukan hanya menjadi ruang untuk menunjukkan hasil kreatif, tetapi juga menjadi ajang untuk memperkenalkan potensi lokal yang ada di daerah tersebut, yang pada gilirannya dapat meningkatkan rasa bangga dan apresiasi terhadap budaya sendiri.
Namun, kenyataannya, pameran ini seolah-olah hanya menjadi ajang internal tanpa perhatian yang memadai dari pihak luar.
Fenomena ini mencerminkan kesenjangan besar antara harapan dan kenyataan. Pemerintah dan lembaga pendidikan sering kali mengemukakan pentingnya pendidikan berbasis budaya lokal dan pengembangan kreativitas siswa.
Namun, ketika kesempatan itu hadir di depan mata, partisipasi masyarakat tidak sebanding dengan apa yang diharapkan. Pameran tersebut tidak hanya kosong pengunjung, tetapi juga seolah menunjukkan minimnya sinergi antara berbagai pihak yang seharusnya mendukungnya.
Bahkan, para pejabat yang hadir hanya sebatas formalitas, tanpa kehadiran yang lebih substantif.
Jika pendidikan adalah tanggung jawab bersama, maka pameran seperti ini seharusnya menjadi bukti nyata bahwa kita semua peduli terhadap kemajuan generasi muda.
Masalah ini tidak hanya terletak pada penyelenggara yang kurang gencar dalam melakukan publikasi atau promosi, tetapi lebih dalam lagi, ini adalah cerminan dari kurangnya kesadaran dan kepedulian kita terhadap pentingnya keberhasilan pendidikan bagi masa depan Lembata.
Expo karya siswa adalah sebuah kesempatan emas untuk mengangkat potensi daerah dan membangun keterlibatan lebih banyak pihak—dari masyarakat hingga pemerintah—dalam mendukung anak-anak muda yang tengah berjuang menunjukkan kreativitas mereka.
Pameran Karya Siswa se-Kabupaten Lembata seharusnya bukan hanya sebuah ajang untuk siswa, tetapi sebuah perayaan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat.
Pemerintah daerah, tokoh masyarakat, media lokal, dan institusi pendidikan harus bekerja sama untuk meningkatkan visibilitas acara semacam ini dan mendorong partisipasi publik yang lebih luas.
Sebuah komunitas yang mendukung pendidikan bukanlah hanya sekadar mencetak generasi yang terampil, tetapi juga memastikan mereka memiliki ruang untuk tumbuh dan diapresiasi.
Saya mengajak kita semua untuk lebih memperhatikan dan mendukung kegiatan-kegiatan pendidikan seperti ini, bukan hanya dengan kata-kata, tetapi dengan tindakan nyata.
Taan tou—yang artinya “berjalan bersama”—harus lebih dari sekadar slogan. Kita harus mulai bergerak bersama untuk membangun masa depan Lembata yang lebih cerah melalui pendidikan yang berlandaskan pada kebersamaan dan penghargaan terhadap karya anak bangsa. (Hans Koban)
.
Tetap Terhubung Dengan Kami:



CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.