Site icon Fakta Hukum Lembata

Karnaval Budaya  Lamaholot  2023, Paguyuban Alor Lembata Tampil Memukau dengan Mengenakan Pakaian Kulit Kayu

penampilan Istimewa Mama Paguyuban Alor

penampilan Istimewa Mama-mama dari Paguyuban Alor

LEMBATA, FaktahukumNTT.com – 6 Mei 2023

Luar biasa penampilan paguyuban Keluarga besar Alor dengan mengenakan Pakaian Kulit Kayu. Kulit Kayu dalam bahasa Ibu (daerah) di sebutan “K”.

Kepada media ini Bapak Guru Ayub menjelaskan busana kulit Kayu dalam bahasa Alor “K”.

Ia mengatakan busana yang dikenakan ini sangat istimewa bagi kaum Adam dan Hawa di Tanah Kepuluan Alor.

Bapak Guru Ayub Menguraikan demikian. Desa Kopian Kabola, Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT), masih mempertahankan budaya yang sudah turun-menurun dari warisan leluhur nenek moyang mereka untuk mengenakan pakaian traditional yang terbuat dari kulit kayu.

Karnaval Paguyuban Alor-Lembata Festival Lamaholot 2023

Menurut kepala desa Kopidil, dulu pada jaman nenek moyang, belom ada yang nama nya kain seperti saat ini, sehingga mereka harus menggunakan kulit kayu sebagai pakaiannya. Dan jenis kayu yang dipakai oleh masyarakat kabupaten alor ini adalah jenis kayu K.

Pakaian ini juga biasanya dipakai pada acara Pawai Karnaval serta Pergelaran Seni dan Budaya. Untuk proses pembuatan bajunya, setelah mengambil kulit kayu, kulit ari nya dibuang dan dijemur selama 3 hari. Setelah itu, barulah dijahit untuk model baju laki-laki dan perempuan.

Nah, untuk ketebalan baju dari kulit kayu ini tergantung cara kita memukul. Biasanya pakaian kulit kayu yang dihasilkan ini, dipakai hingga seumur hidup, sampai turun-temurun, asalkan jangan kena air. Kalaupun kena air, itupun langsung dicuci bersih kemudian dijemur kembali. Selain dibuat sebagai pakaian, kulit dari pohon K ini juga bisa dibuat tas dan topi.

So, sampai dengan saat ini, masyarakat alor terus berusaha untuk tetap memperhatikan populasi pohon K agar tetap terjaga dengan baik dan tidak punah. Berlanjut….

Cerita Festival Lamaholot Berlangsung Damai

Festival Lamaholot yang dihelat Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata, mendatangkan decak kagum publik Lembata, walaupun ada sebagian warga yang masih skeptis dengan acara budaya ini. Terlepas dari perbedaan itu, publik melihat langkah yang diambil pemerintah untuk menggairahkan kembali pariwisata di Lembata patutlah mendapat apresiasi.

Walaupun acara terkesan sederhana, ditengah kondisi keuangan Lembata yang terbatas, namun tidak menyurutkan langkah dan semangat masyarakat untuk mengikuti Festival Lamaholot. Hal ini terlihat dari banyaknya peserta yang hadir. Menurut rilis panitia, sekitar 96 peserta terlibat dalam acara karnaval budaya .

Ke-96 peserta itu berasal dari kelompok etnis, paguyuban, instansi pemerintah, sekolah, lembaga swasta, BUMN, BUMD maupun pencinta budaya di kota Lewoleba. Namun demikian, selain 96 kontingen karnaval yang bergerak di darat, ada juga peserta yang bergerak di laut, tepatnya dari pulau siput Awololong.

Dari pantauan, diperkirakan sekitar kurang lebih dua puluhan perahu yang mengikuti Relly Wisata Bahari Pesona Empat Teluk juga beratraksi di laut, dari pulau siput Awololong menuju pantai wisata Wulen Luo.

Terlihat hari itu, semarak Festival Lamaholot begitu terasa. Pemandangan wajah kota Lewoleba, begitu hidup. Pernak pernik khasanah budaya Lamaholot banyak menghiasi stan-stan di lokasi festival.

Menurut panitia, festival ini direncanakan berlangsung selama tiga hari terhitung dari tanggal 4 sampai 6 Mei 2023.

Penjabat Bupati, Marsianus Jawa begitu gembira saat tiba bersama Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Lembata dan Kapolres AKBP Vivick Tjangkung.

Mereka disambut dengan pemandangan di pinggir pantai yang begitu semarak dengan balutan kain adat dari masing-masing daerah.

Panitia pun memberikan waktu untuk Bupati Jawa menekan tombol bunyi sirene bertanda perhelatan akbar Festival Lamaholot dimulai.

Penekanan tombol ini dilakukan oleh Bupati Jawa disaksikan tamu undangan lainnya, di atas rumah panggung, di bibir pantai wisata Wulen Luo.

Sebagai informasi, event itu sendiri dimulai dari pawai karnaval yang dilepas oleh Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lembata, Yakobus Andreas Wuwur di halaman depan ex-kantor Bupati Lembata menuju pantai wisata Wulen Luo.

Peserta dengan balutan busana tradisional khas Lamaholot dan derap langkah drumband dari pelajar SMAK Frateran Don Bosco Lewoleba, berhasil menarik perhatian publik Lembata. Mereka dengan begitu antusias melintasi jalan Trans Lembata menuju ex-lapangan Harnus walaupun dalam kondisi sinar matahari yang masih panas.

Ada warga yang tidak sempat hadir namun masih bisa menyaksikannya melalui tayangan langsung dari media online. Pokoknya, hari kemarin wajah kota Lewoleba terlihat begitu berbeda dari hari-hari sebelumnya.

Kontingen darat ketika tiba di lokasi acara, mereka sempat menyaksikan atraksi perahu motor dari rombongan peserta kontingen Relly Wisata Bahari Pesona Empat Teluk yang melakukan parade laut dari pulau siput Awololong menuju pantai wisata Wulen Luo.

Setelah itu, sirene pun dibunyikan oleh Penjabat Bupati dan dilanjutkan dengan seremonial adat di pinggir pantai oleh pemangku kepentingan atau tokoh adat setempat.

Acara pun dilanjutkan dengan penampilan penta seni budaya oleh anak-anak SD dan dari paguyuban Alor serta dari sanggar seni Alegra, sanggar Cipta, sanggar seni Nuba Gere dan peragaan busana kain tenun motif daerah.(Rofinus Rehe Roning)

 

Exit mobile version