Yesus adalah pemimpin yang tidak datang untuk dilayani, tetapi untuk melayani. Teladan ini menjadi dasar pembinaan kepemimpinan OSIS di SMP Negeri 2 Amanuban Tengah. Sejak proses kampanye, para kandidat diajak untuk menghindari praktik tidak sehat seperti menjelekkan lawan atau membuat janji-janji kosong. Sebaliknya, mereka ditantang untuk menunjukkan keteladanan dalam tindakan.
Para kandidat diberi kesempatan untuk berbicara di hadapan seluruh siswa, bukan untuk pamer kekuasaan, tetapi untuk menyampaikan semangat pelayanan mereka. Di sinilah siswa belajar bahwa menjadi pemimpin bukan soal jabatan, tetapi soal komitmen dan ketulusan hati.
Pemilihan OSIS: Lebih dari Sekadar Suara
Pada hari pemilihan, suasana sekolah terasa berbeda. Semua siswa, guru, dan staf menyambut hari itu sebagai pesta demokrasi. TPS miniatur disiapkan, daftar hadir disusun, dan surat suara dibagikan. Dengan tertib, para siswa masuk bilik suara dan mencoblos pilihan mereka. Proses penghitungan suara pun dilakukan secara terbuka dan disaksikan bersama.
Namun lebih dari itu, proses ini menciptakan kebanggaan dan rasa memiliki dalam diri siswa. Mereka merasa didengar, dilibatkan, dan diberi kepercayaan. Hal ini berdampak langsung pada peningkatan rasa tanggung jawab sosial dan kepercayaan diri.
Hasil dan Refleksi
Setelah pemilihan selesai dan ketua OSIS terpilih, seluruh siswa diajak untuk melakukan refleksi. Apa yang mereka pelajari dari proses ini? Apa tantangan yang mereka hadapi? Bagaimana mereka melihat demokrasi dalam terang iman Kristiani?
Dari hasil refleksi, banyak siswa menyatakan bahwa mereka merasa lebih berani menyuarakan pendapat, lebih jujur dalam memilih, dan mulai memahami bahwa pemimpin bukan hanya soal jabatan, tapi juga soal melayani orang lain. Sementara para kandidat, baik yang menang maupun kalah, diajak untuk tetap menjaga semangat persaudaraan dan kerja sama.
Penutup: Membangun Masa Depan melalui Pendidikan Demokrasi dan Iman
Kegiatan pemilihan ketua OSIS di SMP Negeri 2 Amanuban Tengah bukan hanya tentang memilih siapa yang akan memimpin, tetapi juga tentang menanamkan nilai-nilai yang akan membentuk karakter siswa seumur hidup. Proses ini menjadi contoh nyata bagaimana demokrasi dapat berjalan seiring dengan nilai-nilai iman Katolik.
Dengan suara hati sebagai kompas dan Yesus Kristus sebagai teladan kepemimpinan, siswa diajak untuk menjadi pelajar yang kritis, aktif, dan berkarakter. Mereka disiapkan bukan hanya sebagai warga negara yang baik, tetapi juga sebagai murid Kristus yang setia dan pemimpin masa depan yang melayani dengan kasih.(Rrr)
Tetap Terhubung Dengan Kami:



CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.