LEMBATA, FaktahukumNTT.com – 23 Juli 2023

Suara Iman diatas tanah bungkit Komak SMAN I Nubatukan tersirat dari kasih cinta Tuhan. Kepala Sekolah Menegah Atas Negeri I Nubatukan Aloysius Aba S,P.d mengajak Insan almater untuk bersyukur kepada kebesaran Tuhan Allah pada awal pembukaan Tahun pelajaran baru .

Kepada media ini Aloysius Aba menerangkan bahwa kegiatan ucapan syukur ini menjadi kegiatan rutin setiap tahun. Untuk membangun toleransi maka doa ucapan syukur ini dibagi sesuai dengan Agama dan kepercayaan.

Lanjutnya. Para guru dan Siswa-siswi beragama Islam melakukan doa dan renungan pada satu ruamgan khusus pada SMAN I Nubatukan, sementara Para guru dan Siswa-siswi Beragama Kristen Prostetanpun melaukan doa di gereja.

Baca Juga : Drama Pendidikan Agama Katolik “Menjadi Terang dan Garam Dunia” 1. Pendahuluan Tujuan Modul: Memahami makna menjadi garam dan terang dunia berdasarkan Injil Matius 5:13-16. Meningkatkan kesadaran siswa untuk menerapkan ajaran Yesus dalam kehidupan sehari-hari. Menyajikan ajaran Yesus dalam bentuk drama interaktif agar lebih mudah dipahami dan dihayati. Sasaran: Siswa kelas XI SMAN 1 Nubatukan, Lembata, NTT. Durasi: 45 – 60 menit — 2. Struktur Drama Tokoh-Tokoh: 1. Yesus – Guru dan pembimbing murid-murid-Nya. 2. Murid Yesus – Simbol orang percaya yang belajar dari Yesus. 3. Garam – Melambangkan peran orang percaya dalam memberi dampak positif bagi dunia. 4. Terang – Simbol panggilan untuk menjadi teladan dalam iman dan perbuatan baik. 5. Dunia – Melambangkan realitas kehidupan dengan tantangan, dosa, dan kegelapan. — 3. Naskah Drama dalam 5 Adegan Adegan 1: Yesus Mengajarkan tentang Garam dan Terang Dunia (Yesus berdiri di tengah murid-murid-Nya, mengajar dengan penuh kasih.) Yesus: “Kalian adalah garam dunia. Jika garam menjadi tawar, dengan apakah ia akan diasinkan lagi? Tidak ada gunanya selain dibuang dan diinjak orang.” (Murid-murid mendengarkan dengan serius.) Murid Yesus: “Tuhan, apa maksud-Mu bahwa kami adalah garam dunia?” (Garam masuk ke panggung, mengenakan pakaian putih dengan simbol butiran garam.) Garam: “Aku adalah garam. Tugasku adalah memberi rasa dan menjaga sesuatu agar tidak membusuk. Jika aku kehilangan rasa asinku, maka aku tidak berguna. Demikian juga kalian, jika kalian tidak hidup dalam kasih dan kebenaran Tuhan, bagaimana dunia bisa merasakan kehadiran Tuhan melalui kalian?” Yesus: “Kalian juga adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.” (Terang masuk ke panggung, membawa lampu yang menyala.) Terang: “Aku adalah terang. Tugasku adalah menerangi kegelapan. Begitu juga kalian, jika kalian hidup dalam kasih dan kejujuran, dunia akan melihat cahaya Tuhan melalui kalian.” — Adegan 2: Dunia yang Gelap (Dunia masuk ke panggung, mengenakan pakaian gelap dan terlihat muram.) Dunia: “Aku adalah dunia, penuh dengan kejahatan dan dosa. Banyak yang hidup di dalamku, tetapi mereka tersesat.” (Terang melangkah mendekati Dunia dan menyinari sekelilingnya.) Terang: “Aku datang untuk membawa cahaya Tuhan kepadamu. Jika ada terang, maka kegelapan akan hilang.” (Garam ikut melangkah mendekati Dunia.) Garam: “Dan aku datang untuk membawa kasih, kebaikan, dan kebenaran.” Dunia: “Aku butuh kalian! Tanpa garam, aku menjadi rusak. Tanpa terang, aku tetap dalam kegelapan.” — Adegan 3: Manusia yang Kehilangan Perannya (Murid-murid Yesus berbicara di antara mereka sendiri.) Murid Yesus 1: “Tetapi Tuhan, dunia penuh tantangan. Bagaimana jika orang-orang menolak kita?” Murid Yesus 2: “Bagaimana jika kita kehilangan rasa asin atau cahaya kita redup?” (Yesus menatap mereka dengan penuh kasih.) Yesus: “Jangan takut. Garam tidak boleh kehilangan rasanya, dan terang tidak boleh disembunyikan. Jangan biarkan rasa takut membuat kalian kehilangan iman.” — Adegan 4: Dunia Mulai Berubah (Dunia yang tadinya gelap mulai berubah.) Dunia: “Sekarang aku mulai merasakan perbedaan. Terang telah mengusir kegelapan, dan garam telah mengubah hidup banyak orang.” (Beberapa murid mendekati Dunia dengan perbuatan baik: membantu orang miskin, menolong yang lemah, menunjukkan kasih.) Murid Yesus: “Beginilah seharusnya kami hidup, menjadi garam dan terang bagi sesama.” — Adegan 5: Yesus Memberi Kesimpulan (Yesus berdiri di tengah-tengah mereka, tersenyum penuh kasih.) Yesus: “Lihatlah, kalian semua memiliki peran penting. Jadilah garam yang memberi rasa kasih di tengah dunia. Jadilah terang yang menunjukkan jalan kebenaran. Biarlah orang-orang melihat perbuatan baik kalian dan memuliakan Bapa di surga.” (Murid-murid Yesus mengangguk, memahami tugas mereka.) Murid Yesus: “Kami mengerti, Tuhan. Kami akan menjadi garam dan terang dunia!” (Dunia kini bersinar terang, melambangkan perubahan karena kehadiran garam dan terang.) — 4. Pesan Injil dari Drama Ini 1. Sebagai manusia, kita dipanggil untuk menjadi garam dunia – memberikan dampak baik dalam kehidupan dengan kasih, kejujuran, dan perbuatan baik. 2. Sebagai manusia, kita harus menjadi terang dunia – menunjukkan jalan kebenaran kepada orang lain melalui perbuatan yang mencerminkan ajaran Tuhan. 3. Dunia membutuhkan kita – tanpa garam, kehidupan menjadi tawar; tanpa terang, dunia tetap dalam kegelapan. 4. Hidup kita harus menjadi kesaksian – agar orang lain melihat Tuhan melalui perbuatan kita dan memuliakan-Nya. — 5. Refleksi dan Implementasi Pertanyaan Diskusi: 1. Bagaimana saya sudah menjadi garam dan terang di keluarga, sekolah, dan masyarakat? 2. Tantangan apa yang saya hadapi dalam menerapkan ajaran ini? 3. Langkah konkret apa yang dapat saya lakukan untuk semakin menjadi terang dan garam dunia? Tugas Siswa: Tuliskan refleksi pribadi tentang bagaimana drama ini mengubah cara pandangmu terhadap peran sebagai orang Kristen. Buat daftar tindakan nyata yang dapat kamu lakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjadi garam dan terang. — 6. Kesimpulan Drama ini mengajarkan bahwa setiap orang percaya memiliki peran penting dalam dunia. Kita dipanggil untuk mengubah dunia menjadi lebih baik dengan kasih dan kebenaran. Seperti garam yang memberi rasa dan terang yang menerangi, kita harus menjadi saksi Kristus dalam kehidupan kita sehari-hari. Mari bersama-sama menjadi garam dan terang bagi dunia!

Selanjutnya Para guru dan siswa-siswi Beragaman Kristen Katolik menyarakan doa melalui peryaan ekristi pada halaman SMAN I Nubatukan.

"Tahun baru Hijriyah dan tahun ajaran baru sebagai momentum refleksi diri menuju manusia berkeadaban'"(Muhasabah)
“Tahun baru Hijriyah dan tahun ajaran baru sebagai momentum refleksi diri menuju manusia berkeadaban'”(Muhasabah)

Harapan Aloysius Aba, semoga niat dan Iman yang dimiliki Keluarga besar SMAN I Nubatukan tetap semangat dan menjadikan SMAN I Nubatukan sebagai sumber hidup. Mungkin sebagai manusia pasti kita memiliki kelemahan dan kekeliruan. Namun jangalah dijadikan penghalang dalam perjuangan memajukan sekolah ini.

“Marilah kita berkomitmen dan terus berjuang dengan akal budi dan talenta yang Tuhan titipkan kepada  kita. Baik Guru sebagai pendidik dan anak-anak ibarat kertas putih yang membutuhkan pena, tinta, buku, dan kata-kata tersirat dalam sanubari”, Ungkap Aloysius.

Demikian kutipan isi khotbah imam Imam Fauzia Rahmawati,S.HI,M.E dalam pesan kepada para guru dan siswa-siswi.

Ia mengajak dengan keyakinan dan harapan doa dan syukur kepada Allah Swt dan sesuai tuntunan Rasulullah Saw. Sangat menarik penuh toleransi.

Ibadah ini berlangsung aman dan damai. Pada tahu ajaran baru pada kesempatan dan menjadi kunci dasar Iman sebagai siswa-siswi bersama Para pendidik  SMAN I Nubatukan.

Tema-nya menjadi spirituslitas akal budi sebagaimana Perayaan pada Umat Islam membangun Iman dalam pelajaran pada tahun ajaran baru dengan sepenggal tema; Tahu baru Hijriyan dan Tahun ajaran baru sebagai Imam Fauzia Rahmawati, S.HI,M.E

Pada kesempatan yang terindah Imam Fauzia Rahmawati,S.HI,M.E menyambung pesan Nabi Muhammad shalla Allah ‘alaihi wa sallam dari Tahun baru Hijriyah dan tahun ajaran baru merupakan momentum kita untuk bermuhasabah; introspeksi diri.

Apakah selama ini apa yang kita perbuat benar-benar tulus karena Allah Swt dan sesuai tuntunan Rasulullah Saw. atau jangan-jangan orientasi amal kita masih tercampur degan riya’, sum’ah, takabbur, nifaq, dls. Atau apa yang kita lakukan selama ini, masih banyak yang belum sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad shalla Allah ‘alaihi wa sallam.

Pesan perutusan Pater Matheus Tunu,CSsR saat memimpin perayaan Ekaristi.

 

Perayaan Ekaristi yang pimpin langsung oleh Pater Matheus Tunu,CSsR. Pater Matheus pastor paroki Fransiskus Asisi Lamahora di undang untuk memimpin perayaan Syukuran pembukaan tahun pelajaran baru SMAN I Nubatukan.

Misa syukur pembukaan tahun ajaran baru 2023/2024, dengan memili tema perutusan “ Belajarlah  dari Sang Guru Sejati.’ Semua orang yang punya pengalaman bersekolah, tentu juga punya pengalaman berinteraksi dengan guru.Guru macam apa yang cenderung disukai: ramah, suka bercanda atau murah nilai? Sebaliknya, kita mungkin tidak suka pada guru yang keras atau pelit nilai, bahkan yang tak segan-segan memukul murid. Jadi seperti apakah guru yang baik itu?

 

Sebagai orang kristiani, kita memiliki figur seorang guru yang baik.Bukan hanya baik, namun juga sejati dan karenanya ideal. Siapakah guru itu? Tak lain, Yesus sendiri!

Pada awal karya keselamatan-Nya, Yesus berjalan mengelilingi Galilea dan mengajar di rumah-rumah ibadat (lih.Mat 3: 23). Ia mengajar tentang kebaikan & kemurahan hati Allah serta keluhuran martabat manusia. Orang banyak heran akan pengajaran-Nya itu, sebab Ia mengajar dengan wibawa, tidak seperti para ahli Taurat mereka (bdk. Mat 8: 28-29).

Mengapa demikian? Tampaknya, karena Yesus mempunyai integritas sebagai guru. Pribadi-Nya utuh! Dalam pengajaran-Nya, Yesus mengetahui betul situasi sosial, ekonomi bahkan juga situasi batin dari orang-orang yang dijumpainya. Yesus paham bahwa realitas keseharianlah yang membentuk situasi iman seseorang. Orang yang mengalami Allah, akan hidup dengan penuh syukur dan kasih pada sesama. Karena itulah, bukan hanya mengajar, Yesus juga hadir dalam hidup keseharian melalui penghiburan, penyembuhan orang sakit (bdk. Mat 8: 1-3.14) pengusiran roh jahat (Mat 8: 16) bahkan pembangkitan orang mati (Mat 9: 23-26).

Pendek kata, Yesus adalah Sang Pembebas bagi mereka yang merasa menderita, diperlakukan tidak adil, dianiaya, dimiskinkan, ditinggalkan bahkan dilupakan. Para ahli Taurat, pada waktu itu, justru menindas umat karena menetapkan aturan-aturan agama yang berat & sewenang-wenang.

Dari isi Kitab Suci yang kita yakini sebagai buku iman (sumber iman selain Magisterium dan Tradisi Suci), situasi hidup zaman sekarang pun mirip dengan situasi pada masa Yesus.Kehidupanitu tak mudah, penuh tantangan. Banyakorang sulit mengalami Allah dan tak mampu menjalani hidup yang penuh syukur. Bagaimanakah tanggapan kita? Terpanggilkah kita untuk menghadirkan Yesus dalam kehidupan sesama?

Pesan dan cerita sangat menggugah Hati Pater Matheus mengungkapkan satu kalimat kiasan yakni ‘Kepo”

Setiap anak-anak yang di berikan kepercayaan pada pendidikan dan tubuhnya talenta yang dikarunikan dari Tuhan Allah pasti menjadi jembatan hidup dan pasti setiap orang pasti Kepo, ungkap pater.

Kepo ajak Pater Matheus, Apa bahasa gaul nya kepo? Lebih tepatnya banyak yang menyebut, kepo sebenarnya merupakan sebuah bentuk singkatan dari Knowing Everything Partical Object. Berdasarkan penjabaran tersebut, secara lebih singkat kata kepo bisa diartikan sebagai sikap yang selalu ingin tahu urusan orang lain.

Hal ini Kepo bagi anak-anak SMAN I Nubatukan dengan usia yang sangat dewasa pasti ingin Kepo pada jatitidiri. Mari kita belajar jalan bersama sang guru sejati menjadikan alat kudus  penyambung lidah kepada Bapak dan Ibu Guru yang adalah Rabi dan Nabi di persimpangan jalan SMAN I Nubatukan. (Rofinus Rehe Roning)

 

 

 

Tetap Terhubung Dengan Kami:
Laporkan Ikuti Kami Subscribe

CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.