FK – Di tengah keheningan hutan belantara Sungai Pisang, sekitar 30 kilometer dari pusat Kota Padang, berdiri sebuah gereja sederhana bernama Gereja Santo Stefanus. Gereja ini menjadi pusat ibadah dan perayaan Natal bagi umat Kristiani di daerah tersebut.
Meskipun terletak di puncak bukit yang hanya dapat diakses dengan berjalan kaki melalui jalan setapak sejauh setengah jam, semangat jemaat untuk beribadah tetap menyala.
Setiap minggunya, para jemaat harus mendaki jalan terjal tanpa penerangan yang memadai, hanya bermodal cahaya senter atau lampu dari telepon genggam. Kondisi jalan yang gelap dan sulit menjadi tantangan tersendiri bagi umat. Namun, hal tersebut tidak mengurangi antusiasme mereka untuk beribadah di gereja sederhana ini.
Gereja Santo Stefanus dibangun oleh pendatang yang bermukim di kawasan Sungai Pisang, Bungus, dan Bungus Selatan. Meskipun sederhana, gereja ini menjadi tempat yang penuh kehangatan dan kebersamaan bagi para jemaatnya. “Umat kami senang beribadah di sini, meskipun jauh dan fasilitasnya masih terbatas,” kata seorang pengurus gereja.
Pada malam Natal, jemaat yang hadir meningkat signifikan. Pengamanan khusus pun diterapkan dengan melibatkan hingga 10 petugas keamanan untuk memastikan kelancaran ibadah. Namun, kondisi seperti jalan yang sulit dilalui dan kurangnya penerangan menjadi perhatian utama.
Tetap Terhubung Dengan Kami:



CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.