Dalam realitas pendidikan di SMAN I Nubatukan, tantangan seperti perbedaan latar belakang sosial dan budaya dapat menjadi hambatan bagi persatuan. Namun, dengan meneladani Yesus sebagai gembala yang baik, guru dapat menjadi pemersatu, menanamkan nilai-nilai kebersamaan dan kasih dalam kehidupan sekolah.

Menjadi Gereja yang Mandiri dan Misioner
Kisah Para Rasul 2:41-47 menggambarkan bagaimana jemaat pertama hidup dalam kebersamaan, doa, dan berbagi dengan sesama. Ini adalah contoh konkret dari Gereja yang mandiri—tidak bergantung sepenuhnya pada pihak luar, tetapi mampu menopang diri sendiri dan saling membantu dalam komunitas.
Di sekolah, sikap ini bisa diwujudkan melalui kegiatan keagamaan seperti persekutuan doa, aksi sosial, dan pembinaan iman yang berkelanjutan. Guru agama Katolik berperan dalam membentuk mentalitas peserta didik agar tidak hanya beriman secara pribadi, tetapi juga aktif dalam mewartakan kasih Kristus di lingkungan mereka.
Ranting sabda Tuhan hidup damai dalam Roh Kudus
Sebagai pendidik di SMAN I Nubatukan, guru agama Katolik memiliki tanggung jawab besar dalam menghadirkan Gereja yang mandiri dan misioner. Dengan meneladani Yesus sebagai gembala dan mengikuti semangat jemaat perdana, guru dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang penuh kasih, persatuan, dan semangat evangelisasi. Dalam konteks ini, peran guru bukan sekadar mengajar, tetapi juga menggembalakan, menginspirasi, dan membimbing generasi muda untuk menjadi saksi Kristus dalam kehidupan mereka. Amin.
Tetap Terhubung Dengan Kami:



CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.