Jawab aku… ibu…

Ibu…

Engkau selalu mengawasiku.. menjagaku..

Kau tau, dunia sama buasnya dengan rimba raya yang mengatasnamakan kemanusiaan untuk bulusnya yang jahanam..

Ibu….

Ibu…. bangun ibu..

LANTANGKAN SUARAMU..

TERIAKKAN KEBENARANMU..

Jangan Engkau diam terpekur meratap tanah..

Bangunn ibu..  kenapa engkau merunduk..

Kenapa engkau hanya berdiam diri dan menangis 

Kenapa ibu…..??!!!

Keserakahan terus berlangsung, yang bermodal mengeruk paksa sampai harus menelanjangi kebenaran……

Ibu…..

Jawab aku ibu…

Lembataku…. jawab aku..

Jawab aku lembataku..

JAWAB AKU LEMBATAKU

JAWAB AKU PERTIWIKU….

Kenapa kamu hanya diam….

Cawanmu berdarah-darah…

Hidangan mana lagi yang  ingin engkau berikan kepadaku ibu..

Jawab aku ibu….

Ibu…

Aku dan generasiku… kami hijau ibu…

Generasi yang seharusnya ceria dan merdeka, duduk disini dengan tatapan penuh duka

IBU…..

IBUU……

LEMBATAKU

Tanpa kata engkau terus menimang dan melindungiku

Tanpa kata engkau terus mendekapku dengan lembut…

Ibuuu…

Aku mencintaimu ibu

AKU MENCINTAIMU LEMBATAKU

Aku MENCINTAIMU

Aku mencintaimu sampai akhir hayatku…

LEMBATAKU

LEMBATA HARADIEN……..

….TAMAT

 

Catatan pesan Jurnalis Faktahukumntt.Com-

Ibu, apa kabarmu ? Sudah redakah amarahmu, melihat sebagian anakmu masih sibuk dengan pesta pora oleh harta dunia yang ditumpuk dari mendusta, disaat sebagian keluarga nyaris merangkak demi mencari setitik kasih yang dilanda kegersangan dan sesuap kehidupan di antara lirih kelaparan.

Ibu, apa kabarmu ? Usiamu kian menua, rambut putihmu tak terbilang, keriputmu kian kentara oleh kecewa yang tersimpan atas berbagai ketimpangan yang nyata di hadapan. Sedang kau telah menyerahkan setiap warisan yang seharusnya mampu mensejahterakan semua anak-anak negerimu.

Ibu, apa kabarmu ? Masihkah diam-diam kau menangis. Melihat bayi-bayimu bergelimpangan di trotoar, terbaring beralaskan koran lusuh. Tubuhnya kurus dengan perut buncit berisi nasi sisa kemarin yang ditemukan di tong sampah. Tidakkah kian mengabur pandanganmu, Bu?

Ibu, apa kabarmu ? Jika dikala malam kian larut. Hatimu hanyut dihela nafas lelahmu. Tubuh rentamu berontak berasa ingin mengepak seluruh sendi dan menyulapnya menjadi selimut berbulu angsa, memberikan kehangatan pada anak-anak yatim yang terlempar dunia hitam.

Tapi, Bu. suara bisikmu menyentuh lembut sepasang sayap malaikat.

“Nak, aku titipkan negeri ini bukan untuk baku hantam antar sodara, melainkan saling mengasihi dan memberi.”

“Bukankah darah yang mengalir di tubuh kalian sama, merah atas nama ibu pertiwi dan kemerdekaan yang diperjuangkan, dan putih tulang untuk keberagaman yang saling bahu membahu dalam gotong royong kesetaraan.” Salam Semburan Ikan Paus 2024 (Rofinus Rehe Roning)

 

 

 

Tetap Terhubung Dengan Kami:
Laporkan Ikuti Kami Subscribe

CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.